Close

H&M, Perjalanan Ritel Mode Cepat yang Menggabungkan Gaya, Keberlanjutan, dan Aksesibilitas

H&M, Perjalanan Ritel Mode Cepat yang Menggabungkan Gaya, Keberlanjutan, dan Aksesibilitas
  • PublishedOktober 25, 2025

www.certu-liste.com – H&M (Hennes & Mauritz AB), raksasa ritel mode cepat asal Swedia, telah menjadi nama yang dikenal di seluruh dunia sejak didirikan pada 1947. Dengan lebih dari 4.000 toko di 76 negara dan kehadiran e-commerce yang kuat, H&M terus mendefinisikan ulang cara konsumen mengakses pakaian trendy dengan harga terjangkau.

Sejarah dan Evolusi H&M

H&M didirikan oleh Erling Persson di Västerås, Swedia, dengan nama awal Hennes, yang berarti “miliknya” dalam bahasa Swedia, karena hanya menjual pakaian wanita. Pada 1968, setelah mengakuisisi toko pakaian pria Mauritz Widforss, perusahaan ini berganti nama menjadi Hennes & Mauritz. Sejak itu, H&M berkembang menjadi merek global yang menawarkan koleksi untuk pria, wanita, anak-anak, dan bahkan perlengkapan rumah melalui divisi H&M Home.

Ekspansi internasional dimulai pada 1960-an di Eropa, diikuti oleh masuknya ke pasar Asia, Amerika, dan Timur Tengah. Di Indonesia, H&M pertama kali membuka toko pada 2013 di Gandaria City, Jakarta, dan kini memiliki puluhan gerai di kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung, dan Bali. Strategi H&M berpusat pada penawaran mode terkini dengan harga kompetitif, didukung oleh kolaborasi dengan desainer ternama seperti Karl Lagerfeld (2004), Versace (2011), hingga koleksi terbaru dengan Anamika Khanna pada 2025.

Strategi Bisnis: Mode Cepat dengan Sentuhan Inovasi

H&M dikenal sebagai pelopor mode cepat, sebuah model bisnis yang memungkinkan perputaran koleksi baru setiap beberapa minggu untuk menangkap tren terkini. Pada 2025, H&M terus memperkuat strategi ini dengan memanfaatkan teknologi AI untuk analisis tren dan optimalisasi rantai pasok. Aplikasi H&M yang diperbarui kini menawarkan fitur seperti virtual try-on dan rekomendasi berbasis AI, meningkatkan pengalaman belanja online.

Selain itu, H&M memperluas portofolio mereknya. Selain lini utama, perusahaan memiliki merek seperti COS (Collection of Style) untuk gaya minimalis, & Other Stories untuk fesyen premium, dan ARKET untuk produk sustainable. H&M Home juga terus tumbuh, menawarkan dekorasi rumah yang stylish dengan harga terjangkau. Kolaborasi dengan desainer dan selebritas tetap menjadi daya tarik, dengan koleksi 2025 bersama Anamika Khanna yang mengusung motif etnik India, laris di pasar Asia dan Eropa.

Komitmen terhadap Keberlanjutan

H&M telah menghadapi kritik atas dampak lingkungan dari mode cepat, seperti limbah tekstil dan konsumsi sumber daya. Namun, sejak meluncurkan strategi Conscious Choice pada 2010-an, H&M bergerak menuju keberlanjutan. Pada 2025, perusahaan menargetkan 100% bahan daur ulang atau berkelanjutan untuk koleksinya, sebuah langkah besar dari 57% pada 2023. Program daur ulang pakaian H&M, yang memungkinkan pelanggan menukar pakaian bekas untuk diskon, kini tersedia di lebih dari 60 negara, termasuk Indonesia.

H&M juga berinvestasi dalam inovasi tekstil, seperti bahan Circulose yang terbuat dari pakaian bekas, dan berkolaborasi dengan startup seperti Renewcell untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku baru. Laporan keberlanjutan 2024 menunjukkan penurunan emisi karbon sebesar 22% di rantai pasok dibandingkan 2019, meskipun tantangan tetap ada dalam mencapai netralitas karbon pada 2040.

Posisi di Pasar dan Tantangan

Pada 2025, H&M bersaing ketat dengan pemain mode cepat seperti Zara (Inditex), Shein, dan Uniqlo. Meskipun Shein unggul dalam harga murah, H&M mempertahankan keunggulan melalui jaringan toko fisik dan fokus pada kualitas yang lebih baik. Pendapatan H&M pada 2024 mencapai SEK 236 miliar (sekitar $22 miliar), naik 6% dari tahun sebelumnya, didorong oleh pertumbuhan di pasar Asia-Pasifik.

Namun, tantangan tetap ada. Persaingan dari Shein, yang menawarkan harga sangat rendah, memaksa H&M untuk terus berinovasi tanpa mengorbankan margin. Selain itu, inflasi global dan kenaikan biaya bahan baku menekan profitabilitas. H&M menanggapi dengan mempercepat digitalisasi dan mengurangi jumlah toko fisik di pasar yang kurang menguntungkan, sambil memperluas di negara berkembang seperti India dan Indonesia.

Pengalaman Konsumen di Indonesia

Di Indonesia, H&M tetap menjadi favorit kaum urban karena koleksi yang trendi dan harga yang relatif terjangkau. Toko-toko seperti di Pantai Indah Kapuk (PIK) Avenue Jakarta dan Beachwalk Bali menawarkan pengalaman belanja yang modern, dengan layanan click-and-collect untuk pembelian online. Koleksi Conscious Choice juga semakin populer di kalangan konsumen muda yang peduli lingkungan. Harga pakaian di Indonesia berkisar dari Rp 100.000 untuk atasan dasar hingga Rp 1,5 juta untuk item kolaborasi desainer.

Masa Depan H&M

Pada 2025, H&M berada di persimpangan antara mempertahankan identitas mode cepat dan bertransisi menjadi merek yang lebih berkelanjutan. Dengan investasi di teknologi seperti blockchain untuk transparansi rantai pasok dan pengembangan bahan ramah lingkungan, H&M berupaya memimpin industri mode ke arah yang lebih bertanggung jawab. Rencana ekspansi di pasar Asia Tenggara, termasuk pembukaan toko baru di kota-kota tier-2 Indonesia seperti Medan dan Makassar, menunjukkan komitmen untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.

H&M telah membuktikan bahwa mode cepat bisa tetap relevan dengan beradaptasi terhadap perubahan zaman. Dari kolaborasi desainer yang menggoda hingga komitmen keberlanjutan yang ambisius, H&M menawarkan kombinasi gaya, aksesibilitas, dan tanggung jawab sosial. Bagi konsumen Indonesia, H&M adalah destinasi untuk tampil modis tanpa menguras dompet, sekaligus mendukung masa depan yang lebih hijau. Apakah Anda penggemar koleksi terbaru H&M atau lebih suka merek lain? Bagikan pendapat Anda!

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *