Hormat Tidak Boleh Hilang, Meski Sedang Marah
certu-liste-Marah itu manusiawi. Semua orang pernah marah, termasuk orang yang paling sabar sekalipun.Tapi ada satu garis tipis yang memisahkan marah yang wajar dengan marah yang merusak hormat.Ketika kita marah dan masih bisa menjaga hormat, artinya kita masih mengendalikan diri.
Tapi begitu hormat hilang — bentak, hina, ejek,menyakiti hati — maka yang rusak bukan hanya hubungan, tapi juga harga diri kita sendiri.
Kenapa hormat harus tetap ada saat marah?
-
- Hormat adalah tanda kedewasaan emosional
Orang yang bisa marah tanpa menghina, tanpa merendahkan, tanpa membentak — itulah orang yang benar-benar kuat. Bukan yang diam saja, tapi yang bisa tegas tanpa kehilangan adab. - Menjaga hormat = menjaga hubungan jangka panjang
Pasangan, orang tua, anak, sahabat, rekan kerja — semua orang bisa salah dan membuat kita marah. Tapi jika setiap marah kita “bakar jembatan” dengan kata-kata kasar, lama-lama kita akan sendiri.Marah itu sementara, kata-kata kasar abadi
Ucapan yang keluar saat emosi sering tidak bisa ditarik kembali. Sekalipun kita minta maaf nanti, luka di hati orang lain (dan penyesalan di hati kita) tetap tinggal.
- Hormat adalah tanda kedewasaan emosional
-
Cara marah tanpa kehilangan hormat:
- Gunakan kalimat “aku” bukan “kamu”:
Salah → “Kamu selalu egois!”
Benar → “Aku merasa kecewa karena merasa tidak didengar.” - Turunkan volume suara, bukan naikkan.
Orang yang berteriak biasanya sudah kalah kendali. - Beri jeda kalau perlu.
“Aku lagi emosi, aku butuh waktu sebentar ya, nanti kita bicara lagi.”
Itu jauh lebih terhormat daripada meledak-ledak. - Ingat: kita marah pada perbuatannya, bukan pada orangnya.
Pisahkan antara “kesalahan” dan “nilai manusia”-nya.
Marah boleh. Tapi hormat jangan pernah dilepas.
Karena orang yang kamu marahi hari ini, bisa jadi orang yang sama yang akan kamu butuhkan besok. - Gunakan kalimat “aku” bukan “kamu”: